Semakin
dalam kita memperlajari masalah-malasah utama zaman, makin disadari bahwa ia
tidak dapat dimengerti secara terpisah. Masalah-masalah itu merupakan masalah
sistematik. Artinya bahwa semuanya saling terkait dan tergantung satu sama lain.
Sebagai contoh, menstabilkan populasi dunia hanya mungkin bila kemiskinan
dikurangi di seluruh belahan dunia. Kepunahan binatang juga jenis tumbuhan
dalam skala besar-besaran akan berlanjut selama Belahan Dunia Selatan tetap
terjerat hutang yang bertumpuk-tumpuk. Kelangkaan sumberdaya dan degradasi
lingkungan di tambah pertumbuhan pesat populasi menimbulkan kerusakan
komunitas-komunitas lokal, kekerasan etnis dan suku, yang sudah menjadi ciri
utama paska Perang Dingin.
Bagus Irmawansyah
Sabtu, 13 September 2014
Korporasi; Momok Masyarakat Dunia
Lebih
dari 100 tahun yang lalu, korporasi mengawali dirinya menjadi bagian penting dalam
sebuah pengambangan bisnis ekonomi. Rentan waktu yang sangat lama menjadikan
korporasi sebagai raksasa ekonomi dunia. Hal demikian kian diperjelas dengan
tumbuh berkembanganya berbagai sarana ekonomi yang menjadi penopang suatu
negara.
Sejalan
dengan arus globalisasi, korporasi menjadi salah satu bagian vital dari sistim
ekonomi modern. Dalam kata lain, korporasi menjadi pusat ketergantungan ekonomi
dunia. Hal demikian tercermin pada kehidupan
kita sehari-hari. Tanpa disadari, proses kerja sistim ekonomi saat ini selalu
saja mengaitkan satu unit bisnis dengan unit bisnis lain. Keterkaitan
antar sesama unit bisnis ini hampir
tidak dapat dilepaskan. Akan selalu berkerjasama untuk mendapatkan satu hasil
modal yang sama, yakni modal kapital. Fenonema demikian disebut oleh Rachman
Achwan sebagai jaringan gurita.[1]
Jelas hal demikian sangat merugikan bagi masyarakat dunia. Pasalnya, profit oriented yang menjadi tujuan
utama suatu korporasi tidak mengikutsertakan konsep ‘kesejahteraan masyarakat’
sebagai tujuan akhir dari proses tersebut. Pertanyaan yang muncul adalah,
sejauh mana peran pengamat dan pakar ekonomi dunia melihat perkembangan
korporasi di dunia modern saat ini?
Kajian
mendalam tentang korporasi dirasa perlu untuk dilakukan. Jelas, tawaran
tersebut dimaksudkan untuk melihat
perkembangan korporasi secara objektif. Mengenai hal demikian, tulisan ini akan
sedikit memberikan gambaran awal tentang korporasi dan kaitannya dengan
berlangsungnya proses sosial masyarakat dunia.
Selasa, 07 Januari 2014
Terkikisnya Idealisme Gerakan Pemuda (Mahasiswa)
Tulisan ini juga terbit di Buletin Forum Aliansi Mahasiswa Banyumas (FAM-B)
Oleh; Bagus Irmawansyah
Wacana
‘kepemudaan’ bukan hal baru di Indonesia. Dalam sejarah perkembangannya, pemuda
dikenal sebagai tokoh pembaharu yang senantiasa berada dalam garda depan
perubahan. Artinya, gerakan sosial yang diusung oleh pemuda diyakini mampu
menghasilkan buah manis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tengok saja
ketika tahun 1908, gerakan pemuda yang dikenal dengan angkatan ’08 mampu
menghasilkan sejarah besar, yang kini kita kenal dengan Kebangkitan Nasional
dan Boedi Oetomo. Kemudian, pada tanggal 28 Oktober 1928, gerakan pemuda yang
kita kenal dengan Angkatan ’28 mampu mencetuskan semangat juang pemuda, yang
kini tercatat dalam ikrar Sumpah Pemuda. Beranjak ke era pasca kemerdekaan, pemuda
angkatan ’66 memunculkan gerakan yang dikenal dengan penumbangan PKI. Hingga
yang sangat fenomenal adalah, gerakan pamuda dan mahasiswa tahun 1998, yang
mampu melengserkan kursi kekuasaan mantan presiden Soeharto. Dari sederetan
fenomena gerakan tersebut, dapat diartikan bahwa semangat juang pemuda bukanlah
wacana kamrin sore. Labih dari itu, konsepsi gerakan yang digaungkan oleh
pemuda patut diyakini sebagai gerakan perubahan dari kondisi ketidakadilan.
Amat sangat disayangkan, jika hasil apik yang ditorehkan oleh pemuda tidak
memiliki blueprint jangka panjang demi
menjunjung harga diri dan martabat bangsa. Mirisnya, hal demikianlah yang
terjadi saat ini.
Banyak
pihak sepakat, bahwa perjuangan pemuda pra/pasca reformasi harus dilanjutkan
dengan semangat juang yang tinggi. Opini demikian memang patut dilontarkan kepada
pegiat gerakan perubahan, terkhusus pemuda. Pasalnya, tidak jarang orang yang
melihat bahwa gerakan pemuda masih terseok-seok di tengah gejolak sosial
politik dalam negeri. Missal, gerakan
reformasi Mei 1998, hanya berhenti pada pembubaran rezim korup Orde Baru. Sama
halnya dengan mandulnya gerakan reformasi Mei 1998, semangat ‘Sumpah Pemuda’
pun, dirasa belum mampu mendobrak nalar kritis pemuda – terkhusus mahasiswa – untuk
lebih sensitive terhadap persoalan bangsa saat ini.
Menjadi
kritik tajam untuk pemuda-mahasiswa, yang sampai saat ini belum mampu mengayuh
tongkat estafet perubahan bangsa. Lantas, kemanakah sosok pemuda yang penuh semangat
dan idealis itu? Serta, faktor apa yang menghinggapi pemuda-mahasiswa saat ini,
hingga mampu menumpulkan gerakan dan semangat juang mereka? Atas dasar
kegelisahan tersebut, tulisan ini akan menggambarkan adanya pergeseran semangat
juang pemuda tempo dulu dengan pemuda di era pasca reformasi. Telaah lebih
dalam pada gerakan pemuda-mahasiswa menjadi fokus dalam tulisan ini.
Konflik Timur Tengah dan Ketergantungan Minyak Indonesia
Oleh;
Bagus Irmawansyah
Timur
tengah semakin memanas. Disana, gejolak politik dan perang saudara seakan
selalu menghantui kehidupan masyarakatanya. Sejak Revolusi Kuba, perseteruan
Iraq dan Amerika Serikat, konflik Jalur Gazza di Pelestina, aksi massa Ikhwanul
Muslimin Mesir hingga tuduhan penyalahgunaan senjata kimia oleh pemerintahan
Suriah bukanlah kabar baru bagi Indonesia. Bahkan, tidak hanya di Indonesia,
kabar berita di timur tengahpun menyeret perhatian dunia internasional.
Masih
terkait dengan timur tengah, baru-baru ini Amerika Serikat dikabarkan akan
segera meluncurkan serangan terhadap Negara Suriah. Suriah dikabarkan melakukan
penyerangan terhadap warga negaranya dengan mengguakan senjata kimia. Sesuai
dengan kesepakatan dunia, senjata kimia hanya boleh digunakan untuk melakukan
penyerangan atas adanya ancaman dari negara luar. Namun, presiden Amerika
Serikat, Barack Obama memberikan tuduhan bahwa pemerinatah Suriah
dibawah kepeminpinan Bashar Al-Assad telah melakukan penyerangan
terhadap warga negaranya dengan menggunaakan senjata kimia. Akan tetapi, sejauh
ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menerima bukti-bukti atas tuduhan
Amerika Serikat terhadap pemerintahan Suriah.
Terlepas
dari apapun, konflik yang tengah terjadi di timur tengah jelas sangat berdampak
besar bagi kelangsungan hidup warga dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Disamping dampak moral, yakni pelanggaran hak kemanusiaan, juga harga minyak
dan besaran kuota impor minyak dari timur tengah menjadi salah satu dampak
negative yang patut diperhatikan, dan dampak tersbut merupakan sebuah keniscayaan.
Dunia
internasional paham betul keistimewaan yang dimiliki oleh hampir seluruh
Negara-negara timur tegah. Mengetahui hal tersebut, tidak heran jika banyak
negara-negara ‘barat’ (Eropa, Amerika Serikat) kerap kali mempertaruhkan
segalanya di Timur Tengah. Sebab, 66,5 persen cadangan minyak mentahnya memang
berada di kawasan tersebut. Sementara di Arab Saudi sendiri, terdapat 60 ladang
minyak dan gas bumi yang menghasilkan 10 juta barel per hari[1].
Timur tengah merupakan wilayah dengan penguasaan minyak terbesar di dunia.
Menjadi pengekspor minyak terbesar, timur tengah seakan menyimpan magnet
yang mampu menarik negara lain untuk menjadikan negara-negara Liga Arab sebagai
mitra. Tentunya, dengan adanya hubungan baik dengan negara-negara timur tengah,
akan mempermudah bagi negara non-Arab untuk mengakses sumber daya minyak dari
timur tengah. Banyak sekali negara di belahan dunia yang menggantungkan
kebutuhan minyaknya pada negara arab, termasuk Indonesia.
Lantas,
apa yang menjadi dampak khusus bagi Indonesia sebagai Negara ‘dunia ketiga’
yang masih sangat bertekergantungan dengan sumber daya minyak? Tuliasan ini
akan menggambarkan betapa lemahnya Indonesia dalam mengolah sumber daya
alamnya. Ketergantungan minyak impor yang dialami oleh Indonesia kian
diperparah dengan adanya gejolak timur tengah. Pasalnya, selama ini timur
tengah dipercayai mampu menyelamatkan krisis minyak di Indonesia. Tulisan ini
juga akan menggabarkan tentang pentingnya peran pemerintah dan lembaga Negara
untuk mengolah cadangan sumber daya alam Indonesia ditengah krisis yang melanda
timur tengah.
Langganan:
Postingan (Atom)